About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 29 Maret 2016

DISPLIN MENGERJAKAN HIDUP DAMAI

DISPLIN MENGERJAKAN HIDUP YANG DAMAI

Salah satu nilai karakter yang dintegrasikan ke dalam kurikulum atau pada proses pembelajaran yaitu displin, tingkat kedisplinan dalam pemberian tugas dinilai kurang sehingga pendekatan-pendekatan yang mesti dilakukan dalam hal ini. Pemberian tugas melatih peserta didik untuk displin dalam melaksanakan kewajibanya sebagai pembelajar sehigga terbentuk karakter seorang individu dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang peserta didik.
Dalam kenyataannya banyaksekali siswa atupun pelajar tidak mengerjakan tugas pada tepatnya, contohnya saja di berikan tugas rumah (PR) tetapi kebanyakan dari mereka mengerjakannya di sekolah pada saat tugas itu di periksa atupun pada saat jamnya tiba. Sifat buruk ini sudah melekat pada diri siswa atupun mahasiswa yang menjadi budaya yang tidak dapat mengubah system belajar siswa atupun mahasiswa tersebut. Sifat ini bisa saja di hilangkan oleh siswa atupun mahasiswa apabila adanya kemauan dan ingin merubah, yang pertama kali di rubah adalah
a.     Proses belajarnya
b.     Lingkungan sekitar anak tersebut
c.      Lingkungan keluarga

Dalam sejarah, media dan teknologi memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Contohnya, komputerdan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai saat ini. Aturan-aturan dari pendidik danpebelajar telah berubah karena dipengaruhi media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas.Perubahan ini sangat esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru)berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada hasil belajar siswa. Untuk dari itu media yang yang sangat canggih ininjuga mempengaruhi anak untuk tidak belajar dan mengambil tugas-tugasnya dari internet dan langsung mengkopasnya.


Informasi yang baru disimpan oleh memori jangka pendek, dimana informasi itu dilatih sampai dapat dikatakan siap disimpan dalam memori jangkapanjang. Penganut Kognitifistik memiliki persepsi yang luas terhadap belajar yang independent. Dengandemikian, maka siswa menggabungkan informasi dan ketrampilan dalam memori jangka panjang untukmengembangkan strategi kognitif, atau ketrampilan yang berkaitan dengan tugas-tugas kompleks.Jean Piaget mengilustrasikan bahwa psikologi kognitif memperlihatkan proses mental individualdigunakan untuk merespons lingkungannya. Piaget membagi konsep-konsep perkembangan mentalmenjadi tiga bagian yaitu; schemata (kerangka), assimilation (asimilasi), dan accomodation (akomodasi).
Untuk meningkatkan daya ingat anak yang jangka panjang haruslah di dukung oleh lingkungan-lingkungan yang disiplin yaitu lingkungan keluarga yang mengajarkan anak tersebut nilai-nilai kedisipilinan dan lingkungan social yang disiplin. Jadi di sini peran orang tua sangat penting dalam menanamkan nilai kedisipilinan terhadap anak itu sejak dini, karena pada saat umur usia dini anak merespon apa yang di lihat dan dengar, setelah kebiasaan kedisiplinan itu di lakukan secara terbiasa, maka kelak besarnya anak tersebut menjadi disiplin di sekolah, maupun di lingkunan sosialnya.



Sumber


Selasa, 22 Maret 2016

TARIK ULUR KURIKULUM DI NEGERI KU


TARIK ULUR KURIKULUM DI NEGERI KU

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan model kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini lahir seturut dengan tuntutan perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengan sistem pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak tumbuh. Dalam pada itu pendidikan pun cenderung mencerabut siswa-siswi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan baru berupa desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepada sekolah untuk mengelolah sekolah.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Anak-anak pada jaman dahulu menganggap sekolah sebagai suatu kegiatan yang mengasyikkan dan menyenangkan karena mereka dapat mempelajari berbagai hal yang ingin mereka ketahui.
Kenyataan yang ada sekarang ini sangat bertolak belakang dengan hal di atas. Kebanyakan anak maupun remaja sekarang justru menganggap sekolah sebagai beban. Mengapa hal ini terjadi? Menurut pengalaman saya sebagai pelajar, institusi pendidikan seperti sekolah tidak mengajarkan hal-hal yang saya anggap menarik untuk saya pelajari, melainkan mengajarkan segala pelajaran yang ditentukan oleh kurikulum yang berlaku. Seakan-akan seluruh ajaran yang diajarkan sekolah terkurung oleh sistem kurikulum yang ada saat ini.
Hal ini tentu saja membawa berbagai efek buruk. Anak-anak yang ingin mengejar prestasi harus berusaha keras menguasai beban kurikulum yang didapat, bahkan sampai harus mengikuti berbagai les tambahan. Anak-anak remaja yang pasrah akan keadaan, seringkali berbuat hal yang buruk di luar jam sekolah seperti berkelahi/tawuran. Ini terjadi karena keengganan mereka untuk mempelajari hal-hal yang tidak mereka sukai. Bukan itu saja, dari pengalaman saya, tidak semua pelajaran yang saya dapat di sekolah dasar maupun menengah berguna bagi saya di perguruan tinggi, dan kemungkinan besar tidak semua pelajaran yang saya dapat di perguruan tinggi berguna bagi saya di lapangan pekerjaan. Kurikulum yang sangat tidak efektif, dan sangat banyak membuang waktu dan pikiran mengakibatkan Indonesia kekurangan sumber daya manusia yang handal.
Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Tetapi dalam kenyataannya sekarang kita kembali menggunakn KTSP setelah menggunakan Kurikulum 2013yang di keluarkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Karena tidak adanya ketersediaan buku pegangan guru dan buku siswa yang memadai, akhir pemerintah menyuruh sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik dan prasara yang mendukung terus menggunakan kurikulum 2013, tetapi bila ada sekolah yang belum tersedia sarana dan prasarana yang memadai kembali menggunakan KTSP.
Bagaimana bangsa kita maju pendidikannya saja seperti ini ?


Pustaka :



Selasa, 15 Maret 2016

"pergaulan mempengaruhi karakter"

Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih. Beda dengan orang yang hanya sesekali bertemu atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung. Karakter  adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Dalam pergaulan kita mendapatkan dua pelajaran ada pelajaran yang positif maupun negatif. Pergaulan itu mempengaruhi karakter seseorang, jika sewaktu kecil anak tersebut di didik oleh orang tuanya dengan baik dan anak tersebut menyikuti apa yang di perintah oleh orang tuanya, seperti di suruh belajar, anak tersebut belajar. Tetapi bila anak tersebut sudah mengenal lingkungan di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan sekolah dan social. Maka anak tersebut tidak menurut lagi kepada orang tuanya, karena dia mengenal teman-temannya. Contohnya, jika orang tuanya menyuruh untuk belajar, di waktu yang sama datanglah teman-temannya untuk mengajaknya nonton atupun bermain, maka anak tersebut lebih memilih pergi nonton dengan teman-temannya, dari pada mengikuti perintah orang tuanya. Maka dari itu tugas orang tua haruslah mengontrol dan membatasi anaknya dengan siapa anaknya berteman dan bergaul. Karena pergaulan sangatlah mempengaruhi karakter seseorang.  
Pergaulan itu sangatlah penting juga bagi perkembangan anak tersebut. Bila anak sudah memasuki lingkungan pendidikan atau sekolah, maka orang tua harus memilih sekolah yang disiplin, agar karakter anak tersebut disiplin dalam segala hal. Pergaulan yang positif akan membawa hal yang positif dan membentuk karakter anak yang positif, sebaliknya jika pergaulannya negatif maka karakter anak tersebut negatif, jadi karakter seseorang itu di pengaruhi oleh pergaulan.
Pada jaman sekarang yang semakin modern ini, banyak sekali kita lihat para pelajar generasi bangsa ini, salah bergaul bahkan melakukan pergaulan bebas yang seharusnya tidak di lakukan oeh usia pelajar. Pelajar melakukan pergaulan-pergaulan yang salah, di karenakan kurangnya perhatian orang tua dalam mendidik dan mengontrol dengan siapa anaknya bergaul. Pelajar melakukan pergaulan yang salah bukan hanya di karenakan lingkungannya tetapi pelajar atau anak tersebut, ingin perhatian dari orang tua, karena orang tua hanya sibuk dengan pekerjaannya.
Saran saya bagi orang tua yang memiliki anak yang pergaulannaya salah, misalnya anak melakukan minum-minuman keras, membatah perkataan orang tua dan pergaulan bebas. Orang tua harus mendekati anak tersebut dengan secara pribadi, karena karakter anak itu bukan saja di pengaruhi oleh lingkungan akan tetapi juga kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya, bukan hanya materi yang di inginkan oleh anak, juga perhatian dari orang tua. Karena perhatian orang tua juga sangatlah berharga dan mempengaruhi karakter anak.

Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Pergaulan

Senin, 14 Maret 2016

SINETRON MERUSAK GENERASI BANGSA

Pada jaman modern dan global yang semakin maju, masyarakat mampu menikmati sinetron di mana saja, entah itu di televise, youtube maupun media oneline lainnya. Para pembuat sinetronpun berlomba-lomba dalam menghasilkan sebuah karyanya yaitu sinetron yang akan menarik perhatian sejuta masyarakat, hamper semua chanel televise mentayangkan sinetron-sinetron yang berdampak pada watak generasi bangsa ini. Hampir semua tingkah laku, gaya fashion, dan watak dalam sinetron di ikuti oleh semua orang, tidak mengenal umur. Sinetron-sinetron yang di hasilkannya kebanyakan menceritakan karakter percintaan, horror, konflik, dan seks. Dalam tayangan sinetron di televise yang paling di rugikan adalah anak-anak yang belum mampu membedakan yang mana yang harus di ikuti dan yang di patut di ikuti. Dampak buruknya bagi para pelajar terganggunya waktu belajar, waktu yang seharusnya di gunakan untuk belajar malah di gumakan untuk menonton sinetron yang tidak bermanfaat, yang mempengaruhi otak dan watak seseorang yang di tirunya dalam suatu adegan sinetron. 
Sinetron merupakan Sinetron merupakan suatu jenis tayangan sinema elektronik yang berisi tentang cerita fiktif, yang kebanyakan saat ini mengangkat tema percintaan, seks, horor, kekerasan, dan konflik. Sinetron-sinetron semacam ini sering memperagakan gaya hidup yang cenderung penuh gengsi dan bentuk kehidupan yang jauh dari realita, kehidupan pelajar sehari-harinya.
Cirri-ciri sinetron yang tidak patut di contohi oleh para palajar maupun masyarakat adalah adanya penindasan antara orang kaya kepada orang miskin, peran antagonis yang berlebihan tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari, perkelahian pelajar secara berkelompok, tawuran antara pelajar, cerita percintaan yang terlalu dramatis, dan cerita yang melawan orang tua.
Contoh-contoh sinetron yang tidak boleh ditiru :
1.   Tukang bubur naik haji, yang menceritakan tukang bubur naik ingin naik haji yang bernama Sulam, dan musuhnya yang berbnama H.Muhidin yang ria’.
2.   Anak jalanan, menceritakan anak SMA yang bergeng motor yaitu dengan peran yang bernama Haikal adalah ketua genk motor anak jalanan dan Alex adalah ketua genk motor black cobra.

Dampak negative sinetron bagi pelajar kurangnya waktu belajar sebab rutin menonton sinetron,waktu yang seharusnya untuk belajar digunakan menonton sinetron, merusak   budaya dan  moral generasi muda bangsa Indonesia dan watak pelajar, sebab dalam cerita sinetron yang kurang baik, mengeluarkan kata-kata kasar, hidup yang penuh dengan kemewahan, berlaku tidak sopan terhadap orang tua (melawan), dan kisah percintaan tidak sewajarnya, memiliki sifat sombong, pamer, dan suka berangan, bolos sekolah, yang seharusnya untuk belajar di sekolah digunakan untuk nongkrongan sama teman-teman sambil nonton sinetron, berbohong pada orang tua dan orang lain, dan perkelahian antara pelajar. Dampak positif sinetron bagi pelajar berbuat baik kepada siapapun, dan nurut pada orang tua.
Solusinya, pemerintah harus berperan maksimal dalam mengatasi hal ini, mengontrol tayangan sinetron di televise yang membawa pangaruh negative separti merusak moral pelajar dan menghancurkan pemuda generasi bangsa ini. Membatasi acara-acara yang tidak bermanfaat bagi para pelajar. Peran orang tua haruslah tegas dalam hal ini, mengawasi dan membatasi putra-putrinya untuk menonton sinetron yang tidak bermanfaat. Para  pelajar harus memiliki kesadaran pribadi untuk memilih tontonan yang bermanfaat dan  pandai mengatur waktu belajar.